Alkisah,
Kancil tidaklah selicik yang diceritakan. Bahkan, bisa membantu mengusir tokoh
jahat Prabu Singa Barong yang mengganggu hutan dan desa karangpadesan dengan
kecerdasannya.
ITULAH penggalan kisah wayang kancil yang dimainkan
oleh dalang cilik Woro Mustiko Siwi di
museum Ronggowarsito. Meskipun baru kelas lima SD, gadis kecil kelahiran
Semarang, 29 Agustus 2002 itu fasih memainkan wayang. Kedua tangannya
bergantian mengambil tokoh wayang sesuai cerita.
Suaranya pun berubah-ubah menyesuaikan tokoh yang sedang dimainkannya. Untuk menyesuaikan penontonnya yang merupakan anak sekolah dasar, ia membuka pertunjukan wayang Kancil dengan lagu jawa 'Menthok'. Semuanya dilakukannya layaknya dalang yang identik dengan pria.
Dalam Pentas Keliling Tiga Kota dengan tema 'Wayang kancil masuk sekolah' itu penontonnya anak-anak sekolah dasar di Semarang. Tidak sekadar menonton, anak-anak SD turut maju ke panggung. Melihat pentas wayang yang dimainkan Woro.
Bagi anak-anak SD yang penasaran, mereka memperhatikan dengan sangat kelincahan Woro memainkan lakon. Tidak sedikit yang memotret aksi dalang cilik perempuan dari Sanggar Sarotama, Surakarta itu.
Namun, sebelum bergelut dengan dunia Dalang, sejak umur dua tahun ia sudah mencoba bergelut dengan kesenian. Ia sudah belajar macapat hingga tari. Ia pun sempat menyabet juara macapat tingkat jateng.
Ibu Woro, Retno musthisari yang mendampingi mengatakan bakat seni anaknya terlihat sejak umur dua tahun. Saat itu, ia mengajarinya menembang macapat dan tari.
Lahir di keluarga seniman, membuat anaknya cepat menyerap pelajaran tentang seni. Setiap hari ia mendengar, hingga menyaksikan tradisi kesenian mulai macapat hingga dalang. Dan sedikit banyak, gadis kecilnya mempelajari.
Kini, melihat sang putri meneruskan bakat neneknya, Retno merasa bangga. Anaknya tidak melupakan budaya dan tradisi jawa, melainkan juga melestarikannya.
Dalam Pentas Keliling Tiga Kota dengan tema 'Wayang kancil masuk sekolah' bersama teman-temannya ia akan pentas di Jakarta dan Cilacap. Tidak hanya Woro, ada dalang cilik lainnya dengan lakon wayang purwa. Semuanya merupakan anggota sanggar Sartoma.
Sanggar Sarotama berdiri 1983. Terletak di Gunung Sari, Jaten, Karanangayar sejak awal berdiri, sanggar itu bertujuan mengenalkan tradisi jawa kepada anak-anak. Dengan mengenalkan tradisi, akhlak anak-anak diharapkan menjadi mulia. Hingga saat ini, sudah ada 120 anak yang bergabung mulai dari jadi dalang, hingga karawitan
Suaranya pun berubah-ubah menyesuaikan tokoh yang sedang dimainkannya. Untuk menyesuaikan penontonnya yang merupakan anak sekolah dasar, ia membuka pertunjukan wayang Kancil dengan lagu jawa 'Menthok'. Semuanya dilakukannya layaknya dalang yang identik dengan pria.
Dalam Pentas Keliling Tiga Kota dengan tema 'Wayang kancil masuk sekolah' itu penontonnya anak-anak sekolah dasar di Semarang. Tidak sekadar menonton, anak-anak SD turut maju ke panggung. Melihat pentas wayang yang dimainkan Woro.
Bagi anak-anak SD yang penasaran, mereka memperhatikan dengan sangat kelincahan Woro memainkan lakon. Tidak sedikit yang memotret aksi dalang cilik perempuan dari Sanggar Sarotama, Surakarta itu.
Namun, sebelum bergelut dengan dunia Dalang, sejak umur dua tahun ia sudah mencoba bergelut dengan kesenian. Ia sudah belajar macapat hingga tari. Ia pun sempat menyabet juara macapat tingkat jateng.
Ibu Woro, Retno musthisari yang mendampingi mengatakan bakat seni anaknya terlihat sejak umur dua tahun. Saat itu, ia mengajarinya menembang macapat dan tari.
Lahir di keluarga seniman, membuat anaknya cepat menyerap pelajaran tentang seni. Setiap hari ia mendengar, hingga menyaksikan tradisi kesenian mulai macapat hingga dalang. Dan sedikit banyak, gadis kecilnya mempelajari.
Kini, melihat sang putri meneruskan bakat neneknya, Retno merasa bangga. Anaknya tidak melupakan budaya dan tradisi jawa, melainkan juga melestarikannya.
Dalam Pentas Keliling Tiga Kota dengan tema 'Wayang kancil masuk sekolah' bersama teman-temannya ia akan pentas di Jakarta dan Cilacap. Tidak hanya Woro, ada dalang cilik lainnya dengan lakon wayang purwa. Semuanya merupakan anggota sanggar Sartoma.
Sanggar Sarotama berdiri 1983. Terletak di Gunung Sari, Jaten, Karanangayar sejak awal berdiri, sanggar itu bertujuan mengenalkan tradisi jawa kepada anak-anak. Dengan mengenalkan tradisi, akhlak anak-anak diharapkan menjadi mulia. Hingga saat ini, sudah ada 120 anak yang bergabung mulai dari jadi dalang, hingga karawitan
0 komentar:
Posting Komentar